Gedung Joang 45 Saksi Bisu Perjuangan Kemerdekaan
Gedung Joang 45 bukti pembelaan terhadap bangsa |
Masih ingatkah kita saat pahlawan bangsa Indonesia yang rela berjuang mati-matian demi kemerdekaan Indonesia. Mungkin, bukti nyata hasil jerih payah mereka tak bisa kita saksikan secara langsung. Tapi, masih ada tempat yang dapat dijadikan saksi bisu dari pengorbanan para pejuang bangsa demi kemerdekaan dan harga diri bangsa. Salah satunya adalah museum joang 45 yang ada di Padang, Sumatra Barat.
Sejarah Singkat Terbentuknya Gedung Joang 45
Gedung tersebut didirikan pada tahun 1909 dan
dahulunya merupakan kantor Perwakilan Dagang Jerman di pantai Barat Sumatera.
Kemenangan Jepang pada Perang Asia Timur Raya tanggal 17 Maret 1942 membuat
kepemilikan gedung ini berpindah ke tangan serdadu Jepang dan mereka menjadikan
gedung ini sebagai markas pasukan yang juga berfungsi sebagai penjaga keamanan
pantai dan kawasan barat Kota Padang.
Akhir
dari Perang Asia Timur yang
ditandai dengan bertekuk lututnya Jepang terhadap sekutu. Imbas dari keadaan
ini membuat peta
kekuatan pasukan Jepang mulai melemah terutama di kawasan
pantai barat pulau Sumatera. Pasukan Jepang pun mulai tidak berdaya menghadapi
perlawanan dan serangan masyarakat Kota Padang sehingga gedung bekas konsulat
dagang Jerman ini ditinggalkan begitu saja oleh pasukan Jepang.
Pada
saat itu, semua tentara jepang berkumpul di tangsi militar yang berlokasi di
daerah ganting. Menyikapi kekosongan kekuasaan maka pada tanggal 21 Agustus
1945, Bapak Chatib Sulaiman beserta Ismael Lengah (mantan Angkatan Giyugun I
Padang) berinisiatif untuk mendirikan BPPI atau Balai Penerangan Pemuda
Indonesia. BPPI adalah suatu organisasi yang bertugas menjaga keamanan serta
sebagai media penyuara informasi kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera
Barat.
Bapak
Ismael Lengah menformat organisasi tersebut dengan 8 pasukan induk yang
anggotanya merupakan mantan dari Giyugun, Kai – gun, Hei Ho, Seinendan,
Bagodan, dan Kaisat Sutai. Gedung ini pun kemudian dijadikan sebagi markas
keamanan di Kota Padang sekitar pantai dan didiami oleh pasukan yang diketuai
oleh Yusuf Ali atau yang dikenal dengan Black Cat.
Kedatangan
sekutu yang diboncengi oleh Belanda pada tanggal 13 Oktober 1945, membuat
gedung ini berpindah tangan kepada Belanda. Akhirnya, melalui Konfrensi Meja
Bundar pada tanggal 27 Desember 1949, gedung ini diserahkan kepada residen
Sumatera Barat setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda.
Selanjutnya gedung ini dijadikan markas Resimen – IV Tentara dan Territorium I
/ Bukit Barisan. Tanggal 15 Februari 1987, gedung ini diserahkan oleh DANREM
032 kepada Dewan Harian Daerah Angkatan ’45 (DHD’45) untuk dijadikan kantor
harian Angkatan ’45 Sumatera Barat.
Sesuai
dengan Musyawarah Nasional
Angkatan ’45 ke VII di Ujung Pandang maka setiap kantor harian DHD’45 yang ada
di seluruh Indonesia, secara bertahap dijadikan Gedung Joang dan akan
difungsikan sebagi “Museum
Joang 45”.
Pada tanggal 17 Agustus 1987 gedung yang berfungsi sebagai lembaga pembudayaan
kejuangan’ 45 ini diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat Ir. Azwar Anas.
Museum
Joang 45 ini bediri diatas lahan seluas 4.790M2 dan saat ini terbuka untuk
umum. Dengan luas bagunan 428M2 museum ini menampung benda – benda bersejarah
terutama dalam kurun waktu 1945 sampai dengan 1949. Koleksi terdapat pada
lantai dasar Museun Djoang 45 diantaranya; 1. Foto-foto awal perjuangan revolusi, perundingan
Linggarjati, Agresi Belanda I, Perundingan Renville, Tokoh – tokoh Revolusi,
Tentara Pelajar dan lain lain. 2. Senjata dan peralatan perang seperti keris,
samurai, cetakan peluru, peta Agresi Militer Belanda dan lain lain. Sedangkan
koleksi buku yang telah mencapai 1.000 buah dapat ditemui pada lantai-lantai museum.
Sebagian besar buku tersebut adalah buku sejarah dan buku – buku sosial,
budaya, politik, hukum dan agama.
Museum
ini memiliki 250 koleksi foto perjuangan
kemerdekaan RI Sumatera Barat/Tengah, antara lain; Keris, Samurai, Cetakan
pelur, Patung Tentara Pelajar
Sumatera Tengah,
Peta Agresi Militer Belanda I dan II,
Peta Gerilya Pemancar PDRI YBJ-6,
Lukisan Perjuangan Gerilya,
Struktur Organisasi Militer Divisi IX Banteng, dan masih banyak lagi benda-benda bersejarah yang
berhubungan dengan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Beberapa benda bersejarah yang bisa kita temukan di Gedung Joang
pemandangan pantai Padang dari lantai dua Gedung Joang |
Alamat
Museum
joang 45 terletak di pinggir Pantai Padang, tepatnya jalan Samudra No.8 Kecamatan
Padang Barat, Kota Padang, Sumatera
Barat.Telepon 0752-23356
Jam
Kunjung
Senin:
Tutup.
Selasa
s/d Jumat jam 08.00 – 14.00 WIB.
Sabtu s/d Minggu; 08.00 – 16.00 WIB
KARCIS MASUK
Gratis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar