Selasa, 14 Mei 2013

Museum Joang 45









Gedung Joang 45 Saksi Bisu Perjuangan Kemerdekaan

Gedung Joang 45 bukti pembelaan terhadap bangsa


Masih ingatkah kita saat pahlawan bangsa Indonesia yang rela berjuang mati-matian demi kemerdekaan Indonesia. Mungkin, bukti nyata hasil jerih payah mereka tak bisa kita saksikan secara langsung. Tapi, masih ada tempat yang dapat dijadikan saksi bisu dari pengorbanan para pejuang bangsa demi kemerdekaan dan harga diri bangsa. Salah satunya adalah museum joang 45 yang ada di Padang, Sumatra Barat.



Sejarah Singkat Terbentuknya Gedung Joang 45


Gedung tersebut didirikan pada tahun 1909 dan dahulunya merupakan kantor Perwakilan Dagang Jerman di pantai Barat Sumatera. Kemenangan Jepang pada Perang Asia Timur Raya tanggal 17 Maret 1942 membuat kepemilikan gedung ini berpindah ke tangan serdadu Jepang dan mereka menjadikan gedung ini sebagai markas pasukan yang juga berfungsi sebagai penjaga keamanan pantai dan kawasan barat Kota Padang.
Akhir dari Perang Asia Timur yang ditandai dengan bertekuk lututnya Jepang terhadap sekutu. Imbas dari keadaan ini membuat peta kekuatan pasukan Jepang mulai melemah terutama di kawasan pantai barat pulau Sumatera. Pasukan Jepang pun mulai tidak berdaya menghadapi perlawanan dan serangan masyarakat Kota Padang sehingga gedung bekas konsulat dagang Jerman ini ditinggalkan begitu saja oleh pasukan Jepang.
Pada saat itu, semua tentara jepang berkumpul di tangsi militar yang berlokasi di daerah ganting. Menyikapi kekosongan kekuasaan maka pada tanggal 21 Agustus 1945, Bapak Chatib Sulaiman beserta Ismael Lengah (mantan Angkatan Giyugun I Padang) berinisiatif untuk mendirikan BPPI atau Balai Penerangan Pemuda Indonesia. BPPI adalah suatu organisasi yang bertugas menjaga keamanan serta sebagai media penyuara informasi kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Barat.
Bapak Ismael Lengah menformat organisasi tersebut dengan 8 pasukan induk yang anggotanya merupakan mantan dari Giyugun, Kai – gun, Hei Ho, Seinendan, Bagodan, dan Kaisat Sutai. Gedung ini pun kemudian dijadikan sebagi markas keamanan di Kota Padang sekitar pantai dan didiami oleh pasukan yang diketuai oleh Yusuf Ali atau yang dikenal dengan Black Cat.
Kedatangan sekutu yang diboncengi oleh Belanda pada tanggal 13 Oktober 1945, membuat gedung ini berpindah tangan kepada Belanda. Akhirnya, melalui Konfrensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949, gedung ini diserahkan kepada residen Sumatera Barat setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda. Selanjutnya gedung ini dijadikan markas Resimen – IV Tentara dan Territorium I / Bukit Barisan. Tanggal 15 Februari 1987, gedung ini diserahkan oleh DANREM 032 kepada Dewan Harian Daerah Angkatan ’45 (DHD’45) untuk dijadikan kantor harian Angkatan ’45 Sumatera Barat.
Sesuai dengan Musyawarah Nasional Angkatan ’45 ke VII di Ujung Pandang maka setiap kantor harian DHD’45 yang ada di seluruh Indonesia, secara bertahap dijadikan Gedung Joang dan akan difungsikan sebagi Museum Joang 45. Pada tanggal 17 Agustus 1987 gedung yang berfungsi sebagai lembaga pembudayaan kejuangan’ 45 ini diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat Ir. Azwar Anas.
Museum Joang 45 ini bediri diatas lahan seluas 4.790M2 dan saat ini terbuka untuk umum. Dengan luas bagunan 428M2 museum ini menampung benda – benda bersejarah terutama dalam kurun waktu 1945 sampai dengan 1949. Koleksi terdapat pada lantai dasar Museun Djoang 45 diantaranya; 1. Foto-foto awal perjuangan revolusi, perundingan Linggarjati, Agresi Belanda I, Perundingan Renville, Tokoh – tokoh Revolusi, Tentara Pelajar dan lain lain. 2. Senjata dan peralatan perang seperti keris, samurai, cetakan peluru, peta Agresi Militer Belanda dan lain lain. Sedangkan koleksi buku yang telah mencapai 1.000 buah dapat ditemui pada lantai-lantai museum. Sebagian besar buku tersebut adalah buku sejarah dan buku – buku sosial, budaya, politik, hukum dan agama.
Museum ini memiliki 250 koleksi foto perjuangan kemerdekaan RI Sumatera Barat/Tengah, antara lain; Keris, Samurai, Cetakan pelur, Patung Tentara Pelajar Sumatera Tengah, Peta Agresi Militer Belanda I dan II, Peta Gerilya Pemancar PDRI YBJ-6, Lukisan Perjuangan Gerilya, Struktur Organisasi Militer Divisi IX Banteng, dan masih banyak lagi benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Beberapa benda bersejarah yang bisa kita temukan di Gedung Joang


pemandangan pantai Padang dari lantai dua Gedung Joang





Alamat

Museum joang 45 terletak di pinggir Pantai Padang, tepatnya jalan Samudra No.8 Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat.Telepon 0752-23356

Jam Kunjung

Senin: Tutup.
Selasa s/d Jumat jam 08.00 – 14.00 WIB.

Sabtu s/d Minggu; 08.00 – 16.00 WIB

KARCIS MASUK


Gratis









Tidak ada komentar:

Posting Komentar